Warga Blitar Pasang Janur Kuning

3 11 2007

Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Kelud semakin menggila.Alat seismograf petugas bahkan tidak lagi mampu mendeteksi gempa vulkanik.

Yang terdeteksi hanya gempa tremor yang jumlahnya tidak terhitung lagi. Ketua Tim Tanggap Darurat Aktivitas Kelud Umar Rosadi menilai,krisis kali ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah Gunung Kelud. Sejak pukul 00.00–06.00 WIB kemarin,tim mencatat terjadinya 599 gempa vulkanik dangkal,52 gempa vulkanik dalam, 1 gempa tektonik jauh,dan 36 gempa tremor.

Kondisi ini semakin memuncak pada pukul 11.07 WIB,di mana alat seismograf petugas sudah tidak mampu lagi mendeteksi gempa-gempa vulkanik yang terjadi.Alat tersebut hanya bisa menangkap terjadinya tremor dalam jumlah yang tak terhitung lagi dengan amplitudo mencapai 15 milimeter.

“Mulai pukul tersebut alat kami sudah tidak mampu lagi membaca gempa vulkanik selain tremor yang muncul terus-menerus. Biasanya hal ini akan diikuti oleh letusan karena tidak ada gejala lagi di atasnya,”jelas Umar Rosadi. Sementara di Kab Blitar,sejumlah warga yang tinggal di sekitar aliran lahar Kali Badak dan Kali Kuning, Desa Penataran, Kec Nglegok, mulai memasang janur kuning di depan rumah mereka.

Hal itu sebagai pertanda Gunung Kelud segera meletus, sekaligus menandai rumah mereka agar tidak diterjang aliran lahar. Dua kampung yang hanya berjarak 10 kilometer dari aliran lahar terbesar tersebut saat ini dihuni kurang lebih 500 jiwa. Berdasarkan pengalaman letusan pada 1990 silam,rumah yang ditandai dengan janur kuning akan selamat dari terjangan lahar.

“Janur kuning ini sudah menjadi kepercayaan kami secara turun-temurun. Mudah-mudahan letusan kali ini tidak akan merusak rumah kami,”ujar Ny Sukemi, warga Desa Penataran. Secara teoritik, tidak ada lagi hambatan yang mampu menahan letusan dalam kondisi seperti ini. Bahkan,ketebalan sumbat lava yang selama ini disebut-sebut sebagai satusatunya penghalang tidak menutup kemungkinan akan tertembus juga.

Apalagi, hingga kini belum diketahui secara pasti berapa besar energi yang mendorong magma keluar. Hal inilah yang membuat tidak satu pun anggota tim pemantau yang berani meninggalkan alat pantau mereka di pos pemantauan di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kec Ngancar,Kab Kediri. Bahkan acara jumpa pers yang biasanya dilakukan setiap pukul 15.00 WIB di Balai Desa Sugihwaras terpaksa dibatalkan.

Melalui Kapolres Kediri AKBP Ekky Heri Festianto,tim hanya menyampaikan laporan terjadinya tremor yang sangat besar dan berpotensi diikuti letusan. Hingga malam ini, seluruh anggota tim pemantau masih bekerja serius melakukan evaluasi dengan menggabungkan tiga parameter, yakni deformasi, peningkatan suhu, dan kegempaan. Pantauan terus dilakukan dari menit ke menit untuk menentukan langkah mitigasi selanjutnya.

Hingga pukul 18.00 WIB, suhu air kawah di permukaan mencapai 40,4 derajat Celsius, kedalaman 10 meter sebesar 41,0 derajat Celsius,dan suhu di kedalaman 15 meter menembus angka 42,8 derajat Celsius. Sementara malam harinya, sekitar pukul 22.00 WIB,suhu kawah permukaan mencapai 41.6 derajat Celsius, kedalaman 10 meter 42,4 derajat Celsius, dan pada kedalaman 15 meter 44,2 derajat Celsius.

“Kami masih memelototi tremor yang muncul. Kalau kondisinya sudah tidak memungkinkan, kita akan segera meninggalkan pos ini secepatnya,”jelas Umar. Disinggung perkiraan waktu terjadinya letusan, Umar menegaskan tidak ada satu pun alat yang bisa mengukur hal itu.Namun, dari tiga parameter yang ditunjukkan Gunung Kelud, dipastikan jika letusan yang ditunggu-tunggu itu akan segera terjadi.

Karena itu, dia meminta warga yang masih bertahan di kawasan rawan bencana (KRB) II atau di wilayah 10 kilometer dari kawah segera meninggalkan lokasi. Sementara itu kondisi di sekitar Gunung Kelud yang mencekam tak urung membuat warga di Desa Sugihwaras, Kec Ngancar, yang merupakan kawasan terdekat dengan lokasi bencana memutuskan mengungsi.

Padahal sebelumnya, mereka meyakini Kelud tidak akan meletus dan memilih bertahan di rumah. Sejak pagi kemarin rombongan pengungsi tampak meninggalkan desa itu. Untuk membantu proses evakuasi, sejumlah kendaraan patroli milik Polsek Ngancar dengan didukung truk Dalmas Polres dan bus milik Pemkab Kediri juga disiagakan. Demikian pula dengan kendaraan roda dua milik petugas yang tak hentihentinya berkeliling kampung untuk memastikan evakuasi diikuti seluruh penduduk.

“Peringatan ini tidak mainmain, Gunung Kelud akan segera meletus.Tidak boleh ada seorang pun yang tinggal di rumah,” ujar Kepala Desa Sugihwaras Susiadi melalui pengeras suara saat berkeliling dengan sepeda motor. Kepanikan warga sempat terjadi ketika tiba-tiba hujan deras mengguyur kawasan itu sejak pagi.

Kondisi puncak Gunung Kelud yang terus-menerus tertutup awan pekat semakin membuat angker suasana. Pasalnya,hal yang sama juga terjadi pada letusan tahun 1990 lalu, di mana sedikitnya 39 jiwa menjadi korban dalam musibah tersebut. Dikonfirmasi jumlah penduduk yang berhasil dievakuasi, Kapolres Kediri AKBP Ekky Heri Festianto memastikan tidak kurang dari 90% warga di Desa Sugihwaras yang selama ini terkenal paling sulit dievakuasi sudah berada di pengungsian.

Mereka dikumpulkan di satu tempat di Balai Desa Tawang, Kec Wates,Kab Kediri. “Saat ini yang masih tinggal di rumah hanya pemuda yang jumlahnya tidak kurang dari 10% saja. Mereka akan dengan mudah menyelamatkan diri menggunakan sepeda motor yang sudah disiagakan,” jelas Ekky.

Untuk memastikan tidak ada satu pun warga yang tertinggal, puluhan personel dari Polres Kediri kembali menggelar penyisiran sejak pukul 20.00 WIB. Dengan menggunakan kendaraan patroli dan sepeda motor, petugas memeriksa satu per satu rumah warga yang masih tampak ramai. Jika ada perempuan, anak-anak, dan lansia yang tertinggal, akan segera dievakuasi paksa ke tempat pengungsian. Penambahan pengungsi juga terjadi di Kec Kepung,Kediri.

Lapangan Desa Pluncing yang biasanya ditempai 2.800 pengungsi, sejak kemarin pagi terus dibanjiri penghuni baru. Sedikitnya 200 jiwa yang diangkut menggunakan 4 buah truk tiba di tempat pengungsian yang pernah disinggahi Presiden SBY itu. Mereka menempati tenda-tenda militer yang dibangun berjajar di tengah lapangan.

“Kalau sudah musim penghujan ini susah.Selain udaranya dingin,air hujan juga merembes ke dalam tanah.Kasihan anak-anak dan orang tua,” ujar Supardi, salah seorang pengungsi di tempat itu. Peningkatan arus pengungsi juga terlihat di Balai Desa Siman yang dihuni 300 jiwa dan gedung Koperasi Pegawai Negeri (KPN) yang dihuni 70 pengungsi.

Sebelumnya, tempat tersebut sempat kosong menyusul merebaknya kabar penurunan status beberapa waktu lalu. Namun setelah diumumkan peningkatan aktivitas hingga mendekati letusan, satu per satu warga di Kec Kepung berduyun-duyun menempati gedung tersebut.

 

Sumber : Hari Tri Wasono – Koran Sindo





Diguncang 1.239 Gempa,Kelud Tetap Tak Meletus

2 11 2007

Gunung Kelud kembali memasuki masa krisis. Dalam waktu 22 jam, hingga 22.00 WIB tadi malam, terjadi 1.239 kali gempa vulkanik dangkal.

Jumlah ini jauh melebihi masa krisis (16/10) dengan gempa sebanyak 518 kali dan letusan tahun 1990 yang diawali 312 kali gempa. Ketua tim Tanggap Darurat Aktivitas Kelud dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMB) Bandung, Umar Rosadi menjelaskan, krisis kedua setelah tanggal (16/10) ini mulai terasa pukul 00 WIB dan membesar sejak pukul 06.00 WIB, kemarin.

Saat itu, alat seismograf petugas mencatat terjadinya 11 kali gempa vulkanik dalam, 59 kali gempa vulkanik dangkal, 2 kali gempa tektonik jauh, dan 4 kali tremor mulai pukul 00.00 WIB. “Saat itu gempa vulkanik dangkal terjadi terus menerus dan diikuti tremor. Kami khawatir krisis Kelud kembali terjadi,” ujar Umar Rosadi. Begitu mengetahui gejala tersebut, tim langsung melakukan evaluasi. Dan bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya krisis jilid kedua.

Selanjutnya, tim bergegas menghubungi Satlak Ka bupaten Kediri untuk melakukan tindakan evakuasi warga, terutama di kawasan rawan bencana (KRB) II dalam radius 10 kilometer dari pusat kawah. Tak lama kemudian, sejumlah mobil patroli dari Polsek Ngancar bergerak menyisir kawasan Desa Sugihwaras, Kec Ngancar, yang merupakan desa terdekat dengan lokasi bencana.

Melalui pengeras suara, petugas meminta warga untuk segera menuju tempat berkumpul yang telah ditentukan, untuk selanjutnya diangkut menggunakan truk polisi ke tempat pengungsian di Balai Desa Tawang,Kec Wates. Ironisnya,warga yang masih meyakini jika Gunung Kelud belum akan meletus, memilih mengunci pintu rumahnya masing- masing. Mereka berusaha bertahan di rumah dan mengindahkan imbauan petugas.

Hal ini sempat membuat petugas dari Polres Kediri kerepotan dan terpaksa mengerahkan pasukan bersepeda motor. Satu per satu warga yang terlihat di depan rumah, langsung dibonceng sepeda motor untuk dibawa ke tempat evakuasi. Sejumlah orang tua dan anak-anak juga tampak dinaikkan ke atas sepeda motor untuk meninggalkan rumah mereka.

“Kami cukup kesulitan menghadapi warga yang membandel dan tidak mau diungsikan.Terpaksa diambil satu per satu di rumahnya dengan sepeda motor,” ujar Kepala Pos Pengamanan Desa Sugihwaras,Ipda Iswahyudi. Sementara itu, situasi mencekam terus berlangsung pada pos pemantauan Gunung Kelud di Dusun Margomulyo.

Pasalnya, gempa vulkanik dalam terus merangkak naik mencapai ratusan kali. Hingga pukul 12.00 WIB, tim mencatat terjadinya 14 kali gempa vulkanik dalam, 607 kali gempa vulkanik dangkal, 80 kali gempa tremor vulkanik, dan 4 kali gempa tektonik jauh. Sementara suhu air kawah di permukaan sebesar 38,5 derajat Celsius, kedalaman 10 meter sebesar 39,4 derajat Celsius, dan kedalaman 15 meter mencapai 39,7 derajat Celsius, atau selisih 0,3 poin dari suhu kawah pada letusan tahun 1990 yang mencapai 40 derajat Celsius.

Kepada wartawan, Umar Rosadi menilai, kondisi aktivitas Kelud saat ini sudah di luar batas kewajaran. Bahkan, parameter kegempaan kali ini jauh melebihi kondisi Kelud pada masa krisis (16/10) dan letusan tahun 1990 silam. Jika pada masa letusan tahun 1990 tercatat 312 kali gempa vulkanik, jumlah gempa kali ini sudah dua kali lebih banyak.

Demikian juga dengan amplitudo gempa yang juga melebihi letusan tahun 1990, di mana saat itu hanya sebesar 15 milimeter pada gempa vulkanik dalam dan 3 milimeter pada gempa vulkanik dangkal. Sementara amplitudo kali ini, sudah mencapai 19,5 milimeter pada gempa vulkanik dalam dan 6 milimeter pada gempa vulkanik dangkal.

“Dengan kegempaan yang seperti itu, lagi-lagi tetap tidak mampu menembus sumbat lava yang menutup saluran kepundan. Dari pergerakan magma yang terpantau, diperkirakan ketebalan sumbat ini mencapai 700 meter di bawah dasar kawah,”jelas Umar. Sampai saat ini, tim masih memantau terjadinya tremor yang masih terus berlangsung.

Jika tremor tersebut terus beriringan dengan amplitudo yang terus membesar, dipastikan akan diikuti letusan yang sangat dahsyat. Sebab, seluruh material yang menjadi sumbat lava akan berhamburan ke atas dan menimpa seluruh kawasan dalam radius 10 kilometer. Karena itu, tim vulkanologi tetap meminta kesiapan Satlak untuk mengosongkan areal KRB II dari penduduk yang tetap membandel. Apalagi hingga pukul 18.00 WIB, jumlah gempa vulkanik dalam sudah terekam sebanyak 994 kali.

Diperkirakan, jumlah ini akan terus membesar hingga pukul 24.00 WIB dan diikuti terjadinya letusan. Jika hal itu terjadi, tim khawatir akan menimbulkan kepanikan warga dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Selain itu, Satlak juga akan kesulitan melakukan evakuasi jika letusan terjadi pada malam hari. “Satu-satunya alat peringatan kami jika sudah terjadi masa erupsi adalah membunyikan sirene peringatan. Suara sirene ini akan terdengar hingga radius 10 kilometer,” jelas Umar.

Warga Blitar Panik

Sementara itu, kabar peningkatan aktivitas Gunung Kelud memicu kepanikan ribuan warga di Kabupaten Blitar. Sejumlah sekolah bahkan memutuskan untuk menghentikan kegiatan belajar dan memulangkan seluruh siswanya. Hal ini terjadi di kawasan yang dekat dengan aliran kawah Gunung Kelud,seperti Kecamatan Nglegok, Ponggok, Kanigoro, dan Wlingi Kabupaten Blitar.

Dwi Lestari,salah seorang guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Udanawu, Blitar, memilih memulangkan seluruh siswanya sekitar pukul 12.00 WIB kemarin. Berdasarkan informasi yang ia terima,Gunung Kelud sudah meletus dan siap mengalirkan lahar panas ke kawasan itu. “Banyak yang bilang,Gunung Kelud sudah meletus. Makanya, seluruh siswa dipulangkan untuk menyelamatkan diri,”ujarnya.

Kepanikan tersebut juga dirasakan warga di Kecamatan Nglegok. Imam Syafii, salah seorang perangkat desa, bahkan nekat datang ke pos pantau Kelud di Desa Sugihwaras, Kec Ngancar, Kab Kediri untuk memastikan hal itu. Pasalnya, situasi alam yang terjadi sama persis dengan kondisi saat letusan tahun 1990 terjadi. Sejak kemarin pagi, puncak Kelud ditutupi awan hitam disertai hujan deras.

Hal ini menambah suasana semakin mencekam di tengah proses evakuasi warga yang berlangsung. “Kondisi ini sama persis dengan letusan tahun 1990 silam. Hujan deras disertai petir menyambar terus- terusan. Saya nekat ke sini, untuk mencari kepastian,” jelas Imam Syafii. Hingga kemarin malam, suasana di Desa Sugihwaras masih mencekam. Sejumlah lampu penerangan tampak dimatikan oleh petugas PLN setempat untuk menghindari terjadinya hubungan pendek.

Meski tidak seluruh warga desa ikut mengungsi, namun sebagian besar memilih mengunci diri di dalam rumah. Kepala Desa Sugihwaras Susiadi menjelaskan, dari 790 Kepala Keluarga atau 3.259 jiwa, hanya 40% saja yang memilih mengungsi. Mereka masih berkeyakinan jika Gunung Kelud tidak akan meletus dalam waktu dekat.“Masih banyak warga yang bertahan di rumah. Yang penting, orang tua dan anakanak sudah dievakuasi semua,” jelasnya saat ditemui di Balai Desa Sugihwaras,kemarin petang.

Sumber : Hari Tri Wasono – Koran Sindo JawaTimur

Diposting oleh : Asep Moh. Muhsin





Kunjungi Sekarang juga Blog Tagana Indonesia

31 10 2007

Are You Ready !!!!!!!! Apa Kabar Sahabat Tagana Indonesia, kabar baik untuk anda dalam waktu dekat Insya Allah Taruna Siaga Bencana akan launching Websitenya yang tentunya berbasis PHP MY Sql, didalamnya berisi data-data anggota tagana se-Indonesia serta berita-berita bencana dan perkembangan instruksi/berita Tagana Pusat untuk tagana seluruh Indonesia …nah sekarang sekedar gambaran saja tagana indoenesia tampil sample websitenya di http://taganaindonesia.blogspot.com Asep Moh. Muhsin http://asepmuhsin.blogspot.com





Status Kelud Tetap Awas

31 10 2007

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung tetap mempertahankan status awas.Keputusan itu diambil karena aktivitas vulkanik Gunung Kelud beberapa hari terakhir terus meningkat.

Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Hendrasto menegaskan, pihaknya tidak ingin mengambil risiko terjadinya korban jiwa dengan menurunkan status Gunung Kelud menjadi siaga. Apalagi, berdasarkan pantauan petugas,aktivitas vulkanik kembali mengalami peningkatan pada tanggal (24/10) atau setelah wacana penurunan status disampaikan tim kepada Presiden SBY.

”Tujuan mitigasi kami adalah melindungi penduduk dan menghindari korban jiwa.Dengan kondisi seperti ini, kami memutuskan untuk tetap memberlakukan status awas dengan semua konsekuensinya,” jelas Hendrasto atau yang akrab disapa Totok, dalam keterangan persnya di Balai Desa Sugihwaras, Kec Ngancar,Kab Kediri,kemarin petang.

Dibeberkan, dari seluruh parameter yang dipergunakan tim untuk mempelajari Gunung Kelud, tidak satu pun yang menunjukkan adanya penurunan aktivitas. Bahkan, kecenderungan terjadinya letusan justru semakin besar. Hal ini disebabkan posisi magma yang menurut tim semakin dekat dengan permukaan dibandingkan sebelum masa krisis (16/10) lalu.

Dengan demikian, tidak diperlukan energi atau tekanan yang cukup besar dari bawah untuk mendorong magma ke atas dan menimbulkan letusan. Menurut catatan tim vulkanologi, gempa yang terjadi pada saat kenaikan status aktif normal menjadi waspada (11/9) lalu telah mendorong magma berada di kedalaman 3 kilometer dari air kawah. Magma tersebut terus merambat naik menjadi 3 kilometer dari kawah memasuki tanggal 26–29 September.

Saat itu tercatat sedikitnya 16 kali gempa vulkanik yang berhasil terekam alat pemantau petugas. Puncak aktivitas Kelud terjadi pada tanggal 16 Oktober,yang mencatat sedikitnya 510 kali gempa vulkanik dalam sehari. Jumlah tersebut melebihi kondisi letusan tahun 1990 lalu dan mendorong magma ke atas hingga kedalaman 700 meter dari air kawah.Setelah itu,secara perlahan-lahan aktivitas Kelud menunjukkan penurunan, terutama dari segi kegempaan dan pengukuran deformasi.

”Saat itulah wacana penurunan status itu muncul mengingat kondisinya mulai stabil. Bahkan gempa- gempa vulkanik nyaris tidak terekam lagi,”jelas Totok.Tim sempat menyangka masa kritis Kelud telah lewat pada tanggal (16/10) lalu dan tidak disertai letusan. Namun,dugaan itu ternyata keliru. Aktivitas Gunung Kelud kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan setelah sempat memasuki fase diam.

Hal ini ditandai dengan munculnya lagi gempa-gempa vulkanik dalam yang menunjukkan adanya migrasi atau pergerakan magma di dalam perut gunung api. Selain itu, suhu air kawah terutama di kedalaman 15 meter juga terus merangkak naik. Demikian pula dengan perubahan warna permukaan air kawah yang mulai didominasi warna kuning.

Hal ini menunjukkan masih tingginya tingkat sublimasi belerang di dasar kawah hingga merusak ekosistem ganggang (warna hijau) yang hidup di air kawah. Namun untuk memastikan kandungan kimia air kawah,tim masih menunggu hasil penelitian di laboratorium Bandung.

”Dari pengukuran PH air kawah, diketahui terjadi peningkatan dari 5,64 menjadi 5,78 dan terdiri atas beberapa unsur seperti SO4,CL,dan MgCl,yang mengindikasikan aktivitas magmatik. Kondisi ini sudah melebihi pada 1990 lalu,” tambah Totok. Melihat kondisi ini,tim bersama satlak berusaha menentukan status aktivitas Kelud, dengan tetap mengutamakan keselamatan warga.

Ada tiga skenario, menurut Totok, yang sempat dimunculkan oleh tim dan menjadi perdebatan panjang. Skenario pertama adalah menurunkan status awas menjadi siaga. Dengan status ini, warga bisa kembali pulang ke rumahnya dan meninggalkan pengungsian. Tim baru akan menaikkan status menjadi awas jika telah terjadi erupsi (tanda-tanda letusan).

Dengan tenggang waktu yang hanya sekitar tiga jam dengan terjadinya letusan, diperkirakan akan timbul korban jiwa akibat kepanikan warga yang sibuk menyelamatkan diri. Skenario kedua hampir sama dengan pertama, yakni tetap menurunkan status menjadi siaga.

Namun yang menjadi catatan di sini adalah ketika fase erupsi telah terjadi dan tim kembali menaikkan status menjadi awas, ternyata tidak diikuti oleh letusan. Mengacu pada masa krisis (16/10) lalu yang juga tidak terjadi letusan,kemungkinan itu akan selalu ada. Jika hal ini terjadi lagi, kepercayaan masyarakat terhadap pemantauan tim vulkanologi akan hilang.

Ini akan berdampak buruk bagi masyarakat yang dipastikan enggan mengikuti petunjuk satlak dan mengabaikan peringatan tim vulkanologi. Satu-satunya pilihan tim dan satlak dalam situasi ini adalah tetap menetapkan status awas, yang menjadi skenario ketiga. Dengan tetap mempertahankan status awas,diharapkan tidak akan terjadi korban jiwa mengingat seluruh warga tetap berada di tempat pengungsian.

”Meski masyarakat akan jenuh, namun ini pilihan terbaik yang bisa kami rekomendasikan saat ini,” tegas Totok. Sementara itu, Ketua Tanggap Darurat Aktivitas Kelud (TDAK) Kristianto menjelaskan, hingga siang kemarin suhu air kawah di kedalaman 15 meter telah mencapai 39,5 derajat Celsius.

Tercatat 3 gempa vulkanik dalam, 7 gempa vulkanik dangkal,1 gempa tremor, dan 3 gempa tektonik jauh hingga pukul 12.00 WIB. Menurutnya, penurunan status hanya akan dilakukan bila terjadi penurunan temperatur di bawah 0,08 derajat Celsius/hari. Selain itu, pengukuran laju inflasi pada kedua komponen tiltmeter juga menunjukkan penurunan, di samping tidak terjadinya gempa vulkanik dalam maupun dangkal.

Warga Teken Kontrak Keselamatan

Sementara itu, menyikapi banyaknya warga di lereng Gunung Kelud yang memilih meninggalkan lokasi pengungsian, pemerintah desa dan kecamatan setempat menyebar formulir pernyataan kepada warga. Mereka diminta memilih apakah bersedia diungsikan atau tidak.

”Jika tidak bersedia mengungsi, warga harus menanggung sendiri risiko keselamatannya jika terjadi letusan.Tidak boleh menuntut pemerintah desa dan kecamatan jika terjadi apaapa,” tegas Kepala Desa Sugihwaras, Kec Ngancar, Susiadi. Susiadi mengaku telah menyebarkan 250 formulir yang harus ditandatangani oleh masing-masing kepala keluarga.

Saat ini terdapat 790 KK atau 3.259 jiwa yang tersebar di tiga dusun, yakni Dusun Margomulyo, Mulyorejo, dan Sugihwaras. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 800 jiwa yang bersedia diungsikan.Sementara sisanya memilih bertahan di rumah masing- masing hingga Gunung Kelud benar-benar meletus.

”Kami sudah menandatangani surat pernyataan itu dan memilih tinggal di rumah. Kalau meletus kan masih ada waktu untuk menyelamatkan diri dengan motor,” ujar Alwin, salah seorang warga Desa Sugihwaras.

Incident Comander Bencana Gunung Kelud Letkol Inf Endy Servandi yang bertanggung jawab pada evakuasi warga mengaku sudah mengetahui adanya pernyataan sikap yang digagas kepala desa dan camat. Ia mengaku akan mengikuti kesepakatan tersebut dan tetap mengungsikan warga yang bersedia diselamatkan.

Sumber : hari tri wasono

Diposting Oleh. Asep Moh. Muhsin yang sedang berada di Lokasi Pengungisan Posko Siman  





Status Baru Kelud Ditunda

30 10 2007

Tim PVMBG Bandung masih berpikir keras untuk memutuskan apakah akan menurunkan status Gunung Kelud dari awas ke siaga atau tidak. Kebingungan tim tersebut terlihat ketika hingga kemarin sore mereka belum menemukan kata sepakat terkait rencana penurunan status tersebut.

Akibatnya, acara jumpa pers yang biasa dilakukan pukul 15.00 WIB di Balai Desa Sugihwaras, Kec Ngancar, Kab Kediri dengan agenda penentuan status dibatalkan. Melalui petugas pos keamanan setempat, tim beralasan masih melakukan rapat dan evaluasi terakhir. ”Mohon maaf, tim baru saja memberi tahu pembatalan pengumuman mengenai status Gunung Kelud karena masih rapat. Mudah-mudahan besok hasilnya sudah diputuskan,” ujar Ipda Iswahyudi, Kepala Pos Keamanan Desa Sugihwaras, Kec Ngancar yang setiap hari mendampingi tim memberikan keterangan kepada wartawan. Sayangnya, tidak ada penjelasan apa pun dari tim vulkanologi kepada Ipda Iswahyudi terkait penundaan pengumuman tersebut.

Anggota Polres Kediri tersebut bahkan mengaku tidak tahu kapan pengumuman yang ditunggu-tunggu masyarakat itu akan disampaikan. Penundaan tersebut tentu saja memicu kekecewaan puluhan wartawan yang sudah menunggu berjam-jam. Apalagi sehari sebelumnya Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Hendrasto mengatakan akan mengumumkan status Gunung Kelud kemarin sore pukul 15.00 WIB.Keputusan itu didasarkan pada hasil evaluasi seluruh gejala aktivitas Gunung Kelud mulai Minggu (28/10) hingga kemarin pagi. Situasi itu diperparah dengan putusnya jalur komunikasi ke pos pemantau Kelud yang berjarak 2 km dari Balai Desa Sugihwaras. Hingga kemarin sore, tidak satu pun telepon genggam tim vulkanologi yang bisa dihubungi sehingga praktis tidak ada satu pun informasi tentang kondisi terakhir Gunung Kelud hingga sore kemarin.

Satu-satunya informasi aktivitas Gunung Kelud adalah data yang terpasang di papan pengumuman pos keamanan Balai Desa Sugihwaras hingga pukul 12.00 WIB. Dari data tersebut diketahui telah terjadi 5 gempa vulkanik dalam, 9 gempa vulkanik dangkal, 4 gempa tektonik jauh, dan 5 tremor. Sementara suhu air kawah terus mengalami lonjakan hingga 39,4 derajat Celsius di kedalaman 15 meter, 38,2 derajat Celsius di kedalaman 10 meter, dan 35,2 derajat Celsius di permukaan kawah. Berlarut-larutnya kondisi Gunung Kelud yang tidak kunjung meletus memicu kejenuhan ribuan warga yang tinggal di pengungsian. Mereka mengancam akan kembali ke rumah masing-masing jika situasi tetap seperti ini.

”Kami sudah jenuh dengan situasi seperti ini. Tidak ada yang bisa kami kerjakan di sini selain makan dan tidur. Sementara rumah dan ternak kami tidak ada yang merawat,” ujar Katini, salah seorang pengungsi asal Desa Sugihwaras, Kec Ngancar yang mengungsi bersama dua anaknya di Balai Desa Tawang, Kec Wates,Kediri. Ia berharap tim vulkanologi segera memberi kepastian kondisi Gunung Kelud. Kalaupun diperkirakan akan meletus, mereka memilih menunggu letusan itu dari rumah masingmasing.

Dengan pengalaman menghadapi beberapa kali letusan dan didukung kesiapan satlak melakukan evakuasi, warga yakin akan bisa melewati bencana dengan selamat. Ancaman untuk pulang ke rumah dan meninggalkan lokasi pengungsian itu tampaknya tidak main-main. Sejumlah pos pengungsian di Kec Wates tampak mulai lengang ditinggal pengungsi

 Sumber : Koran Sindo





Posko Siman dilengkapi Internet dan Telepon Gratis

30 10 2007

Laporan Tagana Cianjur dari Lokasi Pengungsian Siman  

Tagana Cianjur telah sampai di kediri hari ini Jam 08.00 dengan melalui alat transfortasi Kereta Api Turangga mulai dari Stasiun Bandung ke Stasiun Kertosono dan dilanjutkan dengan Kereta lainnya hingga sampai di Stasiun KA Kediri.

Tidak lama menunggu, sahabat tagana Jakarta yang jauh-jauh hari sudah ada di kediri menjemput kami di Stasiun Kediri dan kami diantar menuju Rumah Singgah, Posko Satlak Tagana Jatim, dan langsung ke tempat pengungsian yang berlokasi di Siman Kec. Kepung Kabupaten Kediri Jawa Timur.

Disini pengungsi difasilitasi dengan beragam kebutuhan secara gratis seperti Internet dan Telepon Gratis yang dipersembahkan khusus oleh PT. Telkom Kediri disamping kebutuhan lainnya sebagaimana layaknya pengungsi. Dukungan seperti inilah yang kita butuhkan di setiap lokasi pengungsian bencana, hingga Tagana Cianjurpun melakukan Posting Web di Internet Gratis Punyanya Telkom.





HARI INI TAGANA CIANJUR KE KELUD

28 10 2007

Hari ini 5 sukarelawan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Kabupaten Cianjur berangkat menuju lokasi Bencana Gunung Api Kelud di Kediri Jawa Timur dengan berbekal perlengkapan dan dana yang pas-pasan tapi tetap melangkah sengan sigap tanggal dan terdepan dalam bencana.

Lima kader Tagana ini akan bergabung dengan tagana Kediri serta Tagana lainnya yang

sudah ada dilokasi bencana sejak awal.